Pemira Diubah Jadi Kongres Mahasiswa, Mengapa ?

Logo Kongres Mahasiswa 2024 
Foto : istimewa
KUDUS, Penakampus.id – Pemilihan presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) dan ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Muria Kudus (UMK) akan dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 24 Januari 2024 mendatang. Proses pemungutan suara diselenggarakan dengan cara Kongres sama seperti tahun lalu, meskipun diiringi pro kontra dari kalangan mahasiswa. 
 
Seperti yang diketahui, Kongres Mahasiswa di UMK telah memasuki tahun ketiga setelah pertama kali digagas pada masa pemilihan ketua BEM dan DPM 2022 sebagai pengganti Pemilihan Raya Mahasiswa (PEMIRA). Terdapat sejumlah mahasiswa yang tidak setuju dengan perubahan ini, mereka yang tak sepakat atas diterapkannya Kongres Mahasiswa sebagai metode pemilihan pengganti PEMIRA merasa bahwa sistem pemilihan dengan Kongres kurang optimal dalam menyalurkan hak-hak suara mahasiswa secara menyeluruh. 

Salah satu mahasiswa yang menjadi tamu undangan dalam acara Pra Kongres Mahasiswa, Andre menyarankan agar rangkaian acara Kongres dilaksanakan pada hari perkuliahan, tidak pada jadwal libur semester seperti saat ini. Dirinya beralasan apabila hal tersebut dilaksanakan, diharapkan dapat membuka ruang bagi mahasiswa umum untuk mengetahui informasi seputar pemilihan presiden BEM KM maupun ketua DPM, tidak hanya tamu undangan yang notabene dari kalangan ormawa saja. 

“Sedikit kritikan bagi panitia ya, alangkah baiknya agar acara semacam ini (Pra Kongres) diselenggarakan saat jam perkuliahan aktif, supaya mahasiswa lain (selain anggota ormawa) dapat melihat dan paham tentang proses pemilihan,” tegas Andre sembari berdiri ditengah barisan audien Pra Kongres. 

Sementara itu calon presiden BEM nomor urut 1, Khilmi Yahya turut berpendapat ketika ditanya terkait sistem pemilihan. Yahya mengaku lebih menyukai sistem PEMIRA dibandingkan kongres dan berharap metode pemilihan dapat dikembalikan lagi menjadi Pemilihan Raya Mahasiswa. 
 
“Harapan saya Kongres jadi (diubah kembali) Pemira,” jawabnya singkat saat ditemui pasca acara debat terbuka Senin, (22/1). 

Tanggapan lain diungkapkan oleh calon ketua DPM nomor urut 2, Danendra Bagas Syahdama. Ia pribadi berpendapat lebih memilih sistem kongres dengan pertimbangan efektifitas waktu pelaksanaan. 

“Kalau pendapat pribadi saya, dan untuk efektifitas waktu juga, saya lebih memilih adanya kongres,” ujarnya. 

Meskipun demikian Bagas menegaskan bahwa diterapkannya sistem kongres ataupun pemira itu menjadi persoalan yang perlu didiskusikan dengan seluruh ormawa yang ada di UMK. 

“Menurut saya, kalau semisal saya terpilih menjadi ketua (DPM) keputusan itu (sistem pemilihan) akan saya diskusikan terlebih dahulu dengan seluruh ormawa,” imbuhnya. 

Berubahnya sistem pemilihan dari PEMIRA menjadi Kongres Mahasiswa semenjak 2 tahun lalu memang menuai pro dan kontra di kalangan mahasiswa UMK, khususnya di lingkup ormawa. Terlebih pada awal terselenggaranya pada 2022, acara Kongres Mahasiswa dapat dikatakan gagal dari segi teknis acara. Banyaknya interupsi, perdebatan, nihilnya kandidat yang mencalonkan diri, pelaksanaan acara yang molor sampai tengah malam, hingga isu adanya upaya penggagalan kongres oleh sejumlah pihak menjadi catatan buruk Kongres Mahasiswa 2022. 
 
Sementara itu, Wakil Rektor III UMK bidang kemahasiswaan, Sugeng Slamet dalam sambutannya pada pembukaan Pra Kongres 2024 berharap agar Kongres Mahasiswa dapat terlaksana di tahun-tahun mendatang. Dirinya menjelaskan bahwa kegiatan tersebut digunakan sebagai parameter kemampuan para calon ketua DPM maupun BEM untuk dapat memimpin ormawa-ormawa yang ada. 

“Menurut saya ini (Kongres Mahasiswa) arena yang sangat bagus dan perlu kita lestarikan di tahun-tahun selanjutnya. Arena kongres ini dilaksanakan sebagai suatu wadah untuk mengukur kemampuan integritas kepada calon-calon ketua DPM dan presiden BEM KM UMK yang mampu menggerakkan organisasi kemahasiswaan di lingkungan UMK” jelasnya. 

Sugeng juga berpesan bahwa sejatinya kegiatan tersebut merupakan suatu hal yang wajar dalam suatu organisasi. 

“Reorganisasi itu suatu rutinitas, namun rutinitas ini harus dimaknai sebagai momentum kebangkitan untuk mewujudkan potensi-potensi mahasiswa,” imbuhnya. 

Rangkaian acara menuju Kongres Mahasiswa 2024 telah dilaksanakan. Penyampaian visi misi, debat terbuka kandidat, hingga sosialisasi sistematika pemilihan sudah disiapkan sedemikian rupa oleh panitia demi mengsukseskan jalannya Kongres Mahasiswa tahun ini. (yus)

0/Komentar