Resensi Buku: I Want Eat Your Pancreas

Judul                : I Want Eat Your Pancreas

Penulis            : Yoru Sumino

Penerbit         : Seven Seas

Tahun              : 2018

Halaman         : 233

Bahasa            : Inggris

Versi terjemahan Bahasa Indonesia:

Judul               : I Want Eat Your Pancreas

Penerbit         : Haru

Tahun              : 2018

ISBN                :  978-602- 6383-45- 7

Halaman         : 362

Peresensi         : Zainuz Zuha

 

Pernahkah kamu membayangkan dalam kehidupan biasamu, yang damai tanpa ada masalah, kamu bertemu dengan orang yang sekarat tak berdaya namun tingkahnya seperti orang biasa? Bahkan orang sekarat itu lebih hidup dari orang pada umumnya. Kemudian, kamu terseret mengikuti arus dalam kehidupannya dan tanpa sadar mengubah yang hidupmu yang biasa saja hingga menjadi kehidupan yang sebenarnya.

Ceritanya bermula ketika si 'aku' tak sengaja menemukan buku yang tergeletak di koridor rumah sakit. Ia penasaran, 'aku' pun mengambilnya dan memberanikan diri untuk membukanya. Judul aneh muncul di halaman pertama, ‘living with dying’. Perasaan aneh pun mulai mendatanginya, namun ia tetap membaca kelanjutannya. Ia terkejut setelah menyadari jika yang ia baca bukanlah buku novel fiksi, melainkan catatan harian seseorang yang sekarat karena penyakit pankreas yang mematikan dan disana pun tertulis jelas jika pemilik buku itu akan mati dalam waktu dekat.

Tak cukup sampai disitu, 'aku' pun lebih terkejut ketika orang yang datang untuk mengambil buku itu adalah teman sekelasnya.  Bukan teman yang saling akrab satu sama lain, namun hanya sebatas tahu.

Gadis sekarat itu bernama Sakura Yamauchi. Gadis yang sangat populer di kelasnya itu diperkirakan hidup tidak akan lebih lama dari pada satu tahun. Namun, ia ingin menjalani sisa hidupnya seperti orang normal pada umumnya.

Berkebalikan dengan itu, si 'aku' adalah Haruki Shiga. Remaja biasa yang hanya dianggap angin oleh teman sekelasnya, bahkan ia tidak memiliki seseorang yang bisa disebut sebagai seorang teman. Alasannya, karena ia berprinsip tidak ingin terlibat dengan siapapun.

Dengan sebab kebetulan itu, kedua manusia yang nasibnya bertolak belakang itu pun membuat sebuah hubungan, dengan status `teman kelas yang mengetahui rahasianya`.

Sejak pertemuan itu, kehidupan Shiga mulai berubah, atau lebih tepatnya kehidupannya terseret oleh keinginan Sakura. Sakura yang tertarik dengan orang yang mengetahui kematiannya, namun bertingkah seolah-olah tak peduli itu mulai mendekati Shiga. ‘Aku' yang tidak tahu harus berbuat apa akhirnya menyuruh si gadis untuk menikmati sisa hidupnya, dari pada harus menyia-nyiakan waktu bersamanya. Sakura yang merasa senang pun memaksa Shiga untuk membantunya, dan entah kenapa ia tidak bisa menolak.

Isi buku ini bercerita bagaimana Shiga yang ‘terpaksa’ harus memenuhi segala keinginan dari Sakura. Mulai dari pergi ke kafe yang umumnya hanya didatangi oleh pasangan hingga menginap di hotel yang berada di kota yang sangat jauh. Pada suatub saat, konflik muncul ketika Sakura mulai dirawat di rumah sakit kembali.

Tak bisa dipungkiri bahwa novel yang sudah mendapatkan adaptasi film ini sangat layak dibaca. Yoru Sumino, penulis novel yang bergenre slice of life ini dapat dengan baik menceritakan perkembangan karakter di dalamnya. Bagaimana Sakura, gadis sekarat melihat kehidupan sebagai,

“Sharing connection with other people. I think that’s that we call living” hal. 158

Sesuatu yang selalu diabaikan oleh Shiga, hingga kemudian mulai mengikis prinsipnya sedikit demi sedikit. Setelah itu, bagaimana perubahan Shiga yang awalnya manusia yang tak ingin terlibat dengan sekelilingnya, mencoba membuka diri.

Novel ini bukanlah novel remaja biasa di mana anak SMA membuat sebuah pertemanan dan menjalin hubungan percintaan. Novel ini berisi tulisan yang mengajarkan bagaimana cara memaknai kehidupan, tanpa harus menggunakan teori yang berbelit-belit. Namun, hanya dengan cerita anak SMA yang dapat diterima oleh siapa pun.

 

 

0/Komentar